Minggu, 16 Oktober 2016

Sejengkal Taman Rusak Diperdebatkan,Ribuan Hektar Hutan Terbakar Di Biarkan


Pasca aksi masa yang melibatkan puluhan ribu umat Islam dari kawasan DKI dan sekitarnya, kini muncul kehebohan baru dikalangan Netizen. Adalah rusaknya taman di sekitar kawasan Balai Kota DKI yang kini memicu perdebatan sengit diantara para Netizen Indonesia.

Yang lebih menggelikan, kerusakan taman sendiri tidaklah terlalu parah. Dari gambar atau foto yang dishare para Netizen maupun oleh media melalui pemberitaannya, sangatlah jelas bahwa taman yang rusak tidak separah seperti yang diberitakan dan saat ini sedang diperdebatkan.

Terlalu sulit pula untuk menyebut siapa yang pertama kali menginjak dan membuat rusak taman ini. Bisa saja para pendemo, awak media, pedagang asongan atau warga yang ikut menonton, atau bisa juga karena adanya unsur 'sabotase' seperti peristiwa banjir yang sering menggenangi DKI belakangan ini.

Anehnya, cukup banyak Netizen yang sepertinya memblow up permasalahan ini. Padahal, kerusakan beberapa meter taman bukanlah sesuatu yang besar jika dibanding dengan potensi chaos yang akan terjadi akibat dari gelombang aksi masa secara besar-besaran yang melibatkan puluhan ribu orang.

Kerusakan taman juga tak sebanding jika dibanding dengan kerusakan pagar DPR dan jalan tol dalam kota saat aksi masa menolak kenaikan BBM dimasa pemerintahan SBY. Saat itu, tepatnya Maret 2012, anarkisme terjadi, pergesekan dan bentrokan pun meletus, berbagai pasilitas seperti jalan tol lumpuh total karena diduduki para demonstrans.

Saat itu, tak ada perdebatan sengit diantara para Netizen meski jebolnya tembok DPR dan lumpuhnya jalan tol memiliki dampak yang sangat jauh lebih besar dari persoalan 'sejengkal' taman yang rusak ini. Terlebih, aksi massa kali ini berjalan lebih tertib dan aman tanpa terjadinya pergesekan.

Jika berbicara taman, lingkungan hidup, atau pun penghijauan, tentunya kita teringat akan kasus kebakaran hutan yang melanda beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan selama berbulan-bulan. Ribuan masyarakat Indonesia pun menjadi korban dari kabut asap akibat kebakaran hutan, beberapa diantaranya bahkan meninggal dunia.

Lalu bagaimana dengan proses hukum dari para pelaku pembakaran hutan ? Sudahkah kita tahu sampai sejauh mana prosesnya berjalan ? Mungkin kita memang terlalu sibuk memperdebatkan hal-hal yang tak substansif dan tak memiliki urgensi sama sekali. Terlebih, jelang Pilkada kita semuanya terlalu sibuk menyanjungi para idola kita dan berusaha untuk mendiskreditkan lawan-lawannya secara membabi-buta.

Ketimbang membesar-besarkan perdebatan soal sepetak taman yang rusak, akan lebih arif jika kita bersama-sama mengawal dan memberi penekanan kepada pemerintah untuk terus memproses hukum para pelaku pembakar hutan demi keberlangsungan anak cucu dan lingkungan.